Benarkah Situasi Saat Ini Mirip Dengan Peristiwa Menjelang Gerakan 30 September?

Dulu PKI juga dibenci karena identik dgn kekerasan dan pemaksaan kehendak. Semua yg tidak komunis dianggap musuh dan layak dihabisi.



Pernyataan tersebut dilontarkan oleh Letjen TNI Purn Suryo Prabowo yg kebetulan dikenal sebagai pendukung Prabowo.


Berikut tulisan lengkapnya di akun facebook beliau.

Apa yg disampaikan oleh Suryo Prabowo itu memang benar adanya. Ya, situasi saat ini memang mirip dengan peristiwa menjelang G30S. Ada beberapa indikasi yg membenarkan pernyataan Suryo Prabowo itu. Berikut beberapa diantaranya:

1. PKI yg sangat memusuhi NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia. Termasuk segala fitnahnya terhadap para Kyai-nya. Bahkan Kyai2 NU ikut distempel sebagai salah satu dari "Toejoeh Setan Desa" yg wajib diganyang dan dihabisi. Halal darahnya ditumpahkan. Dan memang banyak Kyai NU yg dihabisi betulan. Disiksa dan dibunuh secara keji oleh PKI dan ormas2 underbouw-nya. Lalu bandingkanlah dgn situasi saat ini. Siapakah yg paling memusuhi NU dan kerap menghina dan memfitnah para Kyai NU? Itulah penjelmaan PKI. Mulai dari Ketum PBNU hingga Alm. Gus Dur dihina dan difitnah oleh PKI gaya baru ini.


Anak Gusdur dihina di Instagram

NU itu dari jaman PKI dulu hingga PKI gaya baru sekarang ini selalu pasif, diserang dan difitnah oleh pihak2 yg menganggap sebagai ancaman. Tapi sekalinya ngamuk maka musuh langsung kocar-kacir tak karuan. Sejarah memang selalu berulang.


2. Bukti berikutnya adalah tentang permintaan mempersenjatai buruh dan tani untuk dijadikan sebagai angkatan kelima. Disini pun ada kemiripan. Jika dulu alasan PKI minta dipersenjatai untuk kepentingan konfrontasi dgn Malaysia, maka sekarang alasannya untuk konfrontasi dgn Myanmar. Jika tahun 1965 PKI ngotot persenjatai buruh tani, maka di tahun 2017 PKI gaya baru juga minta dipersenjatai utk angkatan kelima baru.


Dulu PKI sangat dibenci karena dikenal sebagai partai yg gemar menggunakan kekerasan dan fitnah dalam mencapai tujuannya. Bukti kebangkitan PKI saat ini bisa dilihat dari begitu mudahnya PKI gaya baru ini memberi stempel mematikan kpd pihak2 yg dianggap musuhnya. Jika dulu stempel yg diberikan adalah "Kontra Revolusi", maka kini stempelnya adalah "Musuh Islam". Stempel yg sama2 efektif dan mematikan.


Jika dulu para "Kontra Revolusi" wajib diringkus dan diganyang, maka kini para "Musuh Islam" halal darahnya ditumpahkan.


3. Bukti lain dari kebangkitan PKI gaya baru ini bisa dilihat banyaknya hoax dan fitnah disebar melalui sosial media akhir2 ini. Jika dulu PKI menerapkan strategi "tujuan menghalalkan cara", maka strategi serupa juga diterapkan oleh PKI gaya baru ini. Tak heran atas nama agama dan Allah mereka rajin sebarkan hoax dan fitnah. Seolah agama menghalalkan fitnah. Dulu PKI juga dibenci karena identik dgn kekerasan dan pemaksaan kehendak. Semua yg tidak komunis dianggap musuh dan layak dihabisi. Sekarang pun PKI gaya baru sama saja. Rekam jejak mereka penuh kekerasan dan darah serta anti perbedaan. Dulu PKI terkenal dgn aksi sepihak-nya. Sekarang PKI gaya baru juga melakukan aksi sepihak dgn alasan pihak berwajib tidak bertindak.

Jadi apa yg dikatakan oleh Suryo Prabowo itu benar. Situasi sekarang ini mirip dg peristiwa menjelang G30S. Udara penuh fitnah dan kekerasan. Tapi kita tak boleh lupa, yg membuat PKI dibenci dulu adalah cara2 mereka dalam mencapai tujuannya. PKI dibenci krn aksi sepihaknya, krn fitnah2nya, krn stempelisasi-nya, krn kekerasannya, krn anti perbedaannya, krn petentengannya. Dan semua keburukan itu sekarang dilakukan oleh PKI gaya baru yg anehnya suka teriak2 nuduh pihak lain PKI.

Jadi waspadalah terhadap bahaya laten PKI. Sebab mereka bisa berubah wujud jadi apa saja kecuali caranya dalam mencapai tujuan. Mau pakai topeng agama atau apapun jika cara2 yg digunakan adalah cara2 PKI, maka itulah PKI gaya baru.

Sekian kultwit kami. Semoga mencerahkan dan menambah wawasan kita samua.

Waspadalah - waspadalah - waspadalah-lah-lah-lah-laaah..!

by @PartaiSocmed

0 Response to "Benarkah Situasi Saat Ini Mirip Dengan Peristiwa Menjelang Gerakan 30 September?"